Apakah hatimu sudah tidak lagi berani mencinta lantaran pernah begitu membenci luka?
Di Terminal Lama kampung halaman,
Pernah ada dua jantung yang mengaku sebagai “kita” dan saling jatuh cinta. Kini, di tempat yang sama, hanya ada sepasang kenangan yang terlalu sibuk mengingkari lukanya masing.
Wanita itu berhati rubah, meninggalkan lelakinya tanpa seucap kata. Lelaki itu ialah serigala, memilih mengangkangi luka sambil meraung dalam sepi dan perayaan sunyinya.
/2/
Apakah hatimu sudah tidak lagi berani mencoba lantaran kau terlalu dekat berdiri di samping luka?
Tepat di gerbong kedua, kursi nomor tiga, Terminal Lama itu menjadi saksi hitam matinya makna bersama. Kita yang terdengar merdu di telinga, kini hanya menjelma menjadi tapak-tapak nelangsa.
Gesekan roda dan juga rel kereta yang melaju pergi mengiringi derai airmata yang tak mau dihenti. Hanya mampu dipandangi dari kejauhan; rubah mungil yang dikenal tengil itu pergi, tanpa ada sedikit pun keinginan untuk menoleh sesekali, atau mengucapkan salam untuk pergi.
/3/
Peron kereta masih saja sama. Lewat jendela tuanya, si rubah menyembah diam-diam subuh seraya mengucap harap agar pergi sang serigala itu palsu--kita tak lagi jauh.
Sesungguhnya hasrat kita masih utuh, namun ada yang tak pernah berhenti; keluh
--tentang hidup yang begitu biru, tentang aksara untuk sebuah nama yang telah beku, tentang aku yang masih merindumu. Tapi tidak untukmu. Lukaku juga abadi bersamamu. Tertancap lebih dalam. Tersakit yang paling sakit.
Ketahuilah bahwa aku tidak pernah bereksistensi. Aku hanyalah imajinasi di setiap senyum kutukan yang kamu panjatkan ketika malam mulai mendatangi jiwa yang menyepi. Kau pun patut bertanya, pada akhir mana kereta ini menepi. Meninggalkan luka untuk bersama atau malah mempersetankan kita yang dulu bersama lantas berakhir dengan nanar luka menancap di masing-masing dada.
/4/
Pada pergi yang tak pernah benar-benar kita aamiinkan, dan juga lari laju kereta yang semakin melaju ke depan;
Akhir dari kisah ialah serigala yang mati diburu oleh resah tentang sepi yang semakin erat menjamah.
Kepada rubah yang memilih menambahkan langkah, semoga segala yang kautambah bisa berbuah hasil yang indah. Sebab, pada dada serigala yang telah kau koyakkan dengan sengaja, ketahuilah; di sana tak pernah ada dendam yang menganga.
Ketahuilah, bumi tempat kita beredar itu bulat, tidaklah datar.
Semakin kau menjauh beredar, semakin pula kau mendekati apa yang telah kautinggal.
April 2017
Batam-Samarinda
Sambal Teri Kacang dan Dea(th)
source: LINE